Unsur Musik Dalam Pencak Silat

0 komentar


Tari & Ibing Pencak Silat
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam pencak silat adalah aspek seni pencak silat, yang lebih populer di Jawa Barat dengan sebutan ibing namun tidak sedikit orang menyebut aspek seni pencak silat ini dengan istilah tari pencak silat padahal dalam kenyataan yang sebenarnya bahwa istilah ibing pencak silat dengan istilah tari pencak silat mempunyai pengertian yang berbeda. Ibing Pencak Silat mempunyai pengertian yang lebih mendalam dibanding tari pencak silat, karena dalam ibing pencak silat selain ada unsur keindahan gerak di dalamnya, mempunyai tujuan akhir menjatuhkan lawan, sehingga dalam ibing pencak silat unsur beladirinya lebih menonjol. Sedangkan istilah tari lebih ditekankan pada unsur keindahannya saja tidak ada unsur beladirinya, seperti tari-tarian yang sering kita lihat. Oleh karena itu rasanya kurang tepat apabila pencak silat disebut sebagai tari pencak silat, sebab pada umumnya para ahli pencak silat di Jawa Barat menyebut seni pencak silat dengan sebutan ibing pencak silat bukan tari pencak silat.

Pada mulanya pencak silat lahir karena kebutuhan masyarakat untuk mempertahankan diri, dapat dipahami kalau aspek yang menonjol adalah aspek beladiri. Namun pada kurun waktu tertentu, disebabkan situasi politik pada saat itu (zaman penjajahan Belanda) yang tidak begitu respek terhadap beladiri pencak silat, maka pengembangan pencak silat beralih dari aspek beladiri ke aspek seni. Hal ini merupakan salah satu taktik dari para pendekar pencak silat untuk tetap melestarikan pencak silat. Padahal jika diperhatikan lebih seksama, justru dalam seni pencak silat tersembunyi kaidah beladiri pencak silat.

Di Jawa Barat, di samping dikenal dengan aspek beladirinya, yang lebih dikenal dengan sebutan buah atau eusi, dikenal pula aspek pencak silat seni yang disebut kembang atau ibing pencak silat, sehingga apabila mendengar kata "pencak" yang terbayang oleh masyarakat Jawa Barat bukanlah suatu sistem pembelaan diri, melainkan suatu seni ibing pencak silat yang diambil dari gerak serangan dan belaan.

Ada beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam ibing pencak silat, antara lain:

Pertama, unsur kekayaan gerak (wiraga) yaitu kekayaan gerak atau jurus-jurus yang dimiliki oleh seorang pesilat selama belajar di perguruannya, sehingga penampilannya menjadi tidak monoton atau membosankan apabila tampil di atas pentas (terutama dalam pertandingan seni pencak silat), tetapi apabila dalam kaulan (spontanitas) pada acara hajatan unsur kekayaan geraknya tidak begitu diperhatikan pesilat yang penting pesilat mampu memperagakan gerakannya dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah pencak silat karena tidak terikat oleh sistem penilaian dari juri seperti dalam pelaksanaan pertandingan pencak silat seni.

Kedua, unsur irama (wirahma) atau musik, unsur inilah yang membedakan aspek seni dengan aspek yang lain dalam pencak silat. Gendang Pencak adalah merupakan sejenis alat musik tradisional yang biasa dipakai mengiringi pesilat yang tampil di atas panggung atau pentas dan alat tradisional ini sering digunakan dalam pertandingan pencak silat seni dan acara khitanan atau acara kesenian daerah lainnya, daerah – daerah yang masih mempergunakan peralatan tradisional ini di antaranya, daerah Bogor, Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, dan banyak lagi daerah lainnya di Jawa Barat.

Seperangkat peralatan pengiring seni pencak silat atau lebih dikenal dengan nama kendang pencak silat adalah:

1. Gendang induk, (Kendang indung)

2. Gendang anak, (kendang anak)

3. Kulanter (kendang kecil)

4. Terompet (tarompet)

5. Goong (Gong)

Gendang pencak dimainkan oleh 4 (empat) orang penabuh (nayaga/wiyaga). Mereka mempunyai tugas masing-masing dalam pelaksanaannya sehingga gendang pencak silat mempunyai nilai seni kedaerahan yang khas dan selain itu mempunyai nilai keindahan, etika, dan estetika. Adanya keserasian dari irama gendang, terompet, dan gong yang mengeluarkan bunyi tersendiri membuat orang yang mendengarnya menjadi kagum apalagi apabila irama ini sambil dihayati, dinikmati, dan dirasakan akan memiliki nilai seni yang sangat tinggi. Ada beberapa kelebihan dari penabuh kendang pencak silat yang sudah berpengalaman selain mampu mengiringi ibing pencak silat yang sudah dirancang sebelumnya, ia mampu mengiringi gerakan-gerakan lain yang tidak dirancang sebelumnya atau gerakan beladiri lain diluar pencak silat yang ingin mencoba diiringi oleh tabuhan kendang pencak silat, biasanya penabuh mempergunakan irama padungdung karena irama ini dianggapnya lebih mudah bila dibandingkan dengan irama paleredan atau tepak dua. Apabila pesilat yang sedang tampil di atas pentas tiba-tiba melakukan kesalahan maka iramanya tidak akan cocok dengan gerakan yang ditampilkan, dan yang melihat akan menilai bahwa penampilan pesilat tadi belum paham dengan irama gendang pencak yang mengiringinya. Oleh karena itu, seorang pesilat seni sebelum tampil di atas pentas perlu latihan lebih dahulu dengan tekun dan serius serta harus peka terhadap gerakan – gerakan yang akan ditampilkannya di atas pentas serta diwajibkan memperhatikan patokan-patokan irama ibing pencak silat yang sudah ada, misalnya ibing paleredan, tepak dua, tepak tiga, padungdung, dan lain sebagainya.

Ketiga, unsur penjiwaan gerak (wirasa) yaitu salah satu unsur yang sangat penting dimiliki oleh seorang pesilat karena penjiwaan gerak ini sulit dipelajari dan dipahami pesilat di samping memerlukan waktu yang cukup lama. Penjiwaan gerak merupakan salah satu unsur yang mempunyai nilai seni beladiri tinggi dalam aspek pencak silat seni. Oleh karena itu, pesilat dituntut harus menguasai arti dan makna gerak pencak silat yang sebenarnya, serta mengerti maksud dan tujuan dari jurus-jurus dan teknik-teknik pencak silat yang dipelajarinya.

Di samping unsur-unsur tersebut di atas, ada faktor pendukung lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari aspek seni pencak silat, antara lain pakaian pencak silat, pakaian pencak silat di Jawa Barat umumnya disebut pangsi, pangsi dipakai oleh seorang pesilat pada waktu pentas (tampil) dalam pertandingan, latihan, ujian kenaikan tingkat, dan pada upacara-upacara tertentu. Tokoh-tokoh pencak silat biasanya memakai pangsi warna hitam dengan ikat kepala barangbang semplak atau peci, ikat pinggang kulit atau kain sarung, namun sekarang pakaian pencak silat sudah dikemas sedemikian rupa disesuaikan dengan kebutuhan, termasuk warna pakaian tidak selalu hitam-hitam, begitupun dalam sabuk (ikat pinggang) disesuaikan dengan tingkatan masing-masing, terutama dalam pertandingan pencak silat seni.

Peraga: Agus Irwan Suherman S.H

Pencak Silat dalam Ekstrakurikuler

0 komentar


Latar Belakang
TUJUAN yang disertai harapan-harapan luhur bagi terbentuknya sebuah pelestarian nilai-nilai budaya nusantara sangat lah di perlukan, seperti laju perkembangan salah satu olah raga yang mengandung banyak nilai-nilai budaya bangsa. Ditengah keaneka ragaman yang kita temui, Negara kita juga kaya akan keaneka ragaman baik hayati adat istiadat dan juga seni budaya. Salah satu yang ada di dalamnya adalah seni budaya pencak silat dengan berbagai keunikan di dalamnya.
Sebagai contoh Indonesia tercatat menjadi akar kebudayaan ini dan diakui memiliki sejarah ilmu beladiri dan seni pencak yang lahir berabad-abad tahun lalu seperti Aliran Cimande, Silat Tuo, Silat Kumanggo, Silat Minang, Cikalong, Cikaret, Serak, Bandrong, Sitembak, Sipecut, dll. Dalam hal ini pencak silatlah tentunya yang menjadi sorotan utama jika kita akan membahas pentingnya sebuah pelestarian khususnya dalam konteks olah raga prestasi bagi generasi muda.
Kita seharusnya patut bangga bahwasannya beladiri peninggalan nenek moyang kita pencak silat sudah mulai tumbuh dan menyebar di bagian belahan dunia di berbagai negara tetangga seperti: Singapura, Malaysia, jepang, Amerika, Belanda, dll, hampir di semua benua ada pencak silatnya dengan kata lain perkembangannya sudah sekian jauh dan berkembang sepeti yang di harapkan.
Namun, lain hal fenomena yang kita hadapi di dalam negeri, dalam upaya mendukung kegiatan tersebut di tengah generasi muda sudah semakin sempit, apalagi sulitnya memasukan sebuah kurikulum olahraga pencak silat di sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler. Tak ayal akibatnya bisa kita lihat, kejayaan Seni Budaya Pencak Silat yang dimiliki oleh Indonesia sudah semakin surut dan yang mempriatinkan yalah generasi muda sudah seakan kurang peduli terhadap asset Seni Budaya yang dimiliki oleh bangsanya sendiri.
Ini sebuah kenyataan yang agak sulit diungkapkan karena bagai menepuk air di dulang, membuat kita terasa mengelus dada dan menarik nafas panjang. Akan tetapi, hal ini tidak bisa terus-menerus didiamkan tanpa ada usaha untuk memperbaikinya. kita harus tidak segan untuk mengajak semua pihak yang terkait untuk berdialog bersama dan merenung bersama mengenai manfaat dari pentingnya sebuah pelestarian.
Maka, Setiap jajaran Pencak Silat dan semua pihak yang terkait di luar itu termasuk dalam hal ini peran sekolah atau dunia pendidikan berkenan untuk turut ambil peran masing-masing untuk saling bekerjasama dan mendukung dan dilakukan secara terus menerus. Bahwasannya, Pecak Silat adalah bidang lain yang seharusnya juga mendapat kesempatan memposisikan dirinya dalam penanggulangan ini, di samping sebagai olah raga prestasi. Kini sudah saatnya sekolah memiliki pandangan lebih luas terhadap kegiatan kesenian-olahraga di sekolah dalam mata pelajaran intra dan ekstra.
Sekolah juga seharusnya mempertimbangkan minat, bakat, hobi siswa yang sangat bervariasi dan diberi wadah mengikuti perkembangan jaman. Hobi adalah kompetensi yang memerlukan pengembangan yang memiliki hubungan ke arah profesi di kemudian hari. Sekolah dalam hubungan dengan kehidupan harus dapat memberikan respon, mempertimbangkan, serta bersedia untuk turut serta memperhatikan hal ini dalam jangka panjang ke depan dan sebelum itu perlu kiranya membahas peranan perguruan sebagai media sebagai transfer pengetahuan dalam pembinaan prestasi olah raga-Pencak Silat di sekolah.
Paradigma Pencak Silat
Gejala umum yang tampak di sekolah pada saat Pencak Silat ini dikenalkan adalah kegiatan tersebut tidak benar-benar melibatkan semua siswa. Hanya segelintir orang yang mau terlibat dan itu pun tampak terpaksa. Mereka lebih tertarik untuk melirik budaya bangsa lain di banding bangsanya sendiri. Anehnya, guru-guru pun lebih mendukung hal itu malah seakan mempersulit misi budaya dan olah raga ini untuk masuk ke lingkungan sekolah dengan berbagai alasan yang intinya menolak, ini lah realita dan merupakan sebuah paradigma terhadap pencak silat, yang kita hadapi di jaman globalisasi seperti sekarang.
Apakah karena kurang paham tentang Seni Budaya Pencak Silat atau apa itu silat? Apakah karena merka memang sudah tidak perduli lagi terhadap budaya sendiri?
Ini yang patut kita bahas bersama dalam sebuah pembicaraan meja bundar di sekolah antara Perguruan sebagai wakil dari misi pelestarian Seni Budaya Pencak Silat, pihak Sekolah (komite sekolah) dan juga orang tua murid atau masyarakat.
Sekolah kadang-kadang terlalu cepat mengambil kebijakan yang memang di rasa kurang bijak yang di pegaruhi oleh figure birokrasi di dalamnya. Sekolah dengan senang hati menganggap dirinya mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Termasuk melayani politik kekuasaan yang dipresentasikan melalui jargon yang merasuk ke dalam sekolah. Seperti halnya memasyarakatkan olah raga dan mengolahragakan masyarakat menjadi wacana yang membuat semangat bertanding yang melahirkan atletik mengangkat prestise Sekolah.
Lambat laun, hal itu kemudian itu memasuki kebijakan pengembangan potensi bagi siswa-siswa di sekolah dengan anggaran yang tidak sebanding dengan pengembangan kesenian. Contoh nyata, pembangunan sarana olah raga lain yang jauh mengalahkan ketersediaan sarana berekspresi kesenian-budaya-olah raga (Pencak Silat). Bahkan terkadang lebih tragis, jika hal itu sampai juga mengalahkan kepentingan yang paling mendasar seperti perpustakaan.
Disamping sebagai hobby, olah raga juga memiliki fungsi untuk kesehatan jiwa dan raga. Ada banyak jenis olah raga, dari yang bersifat kelompok maupun yang individual, yang bersifat permainan atau yang memiliki nilai seni, dari yang sangat aman hingga yang berbahaya. Pemilihan jenis olah raga tergantung selera, karakter, dan pertimbangan kita, seperti Pencak Silat. Hal itu karena olah raga yang satu ini dirasa dapat memberikan kebutuhan yang lebih daripada sekedar olah raga gerak badan saja.
Namun, memiliki beberapa manfaat dibandingkan dengan jenis olah raga lainnya, ditinjau dari sudut fisik, mental, dan pengetahuan. Dari segi fisik, Pencak Silat melatih tidak saja otot-otot kita saja, tetapi juga organ dalam, darah, kulit, tulang, dll. Di dalam Pencak Silat, aspek kekuatan tidak hanya ditimbulkan dari kekuatan tenaga saja, tetapi juga menimbulkan kekuatan yang disebut tenaga ledakan. Di samping power, kita juga melatih stamina / daya tahan kita.
Bila kita bicara mengenai olah raga secara umum, maka tidak bisa lepas membicarakan mengenai stamina ini. Di dalam Pencak Silat, kita melatih berbagai macam stamina yang tidak terdapat dalam jenis olah raga lainnya:
1. Stamina dinamis.Tidak seperti stamina statis seperti pada olah raga lainnya seperti angkat besi, pencak melatih stamina kita untuk bergerak aktif.
2. Stamina dari seluruh tubuh.Pencak Silat melibatkan seluruh bagian tubuh kita. Kebanyakan olah raga lain menitik beratkan pada salah satu atau beberapa bagian tubuh saja. Pelatihan termasuk kelenturan dan koordinasi gerak serta keseimbangan disamping nilai estetikanya.
3. Stamina dari metabolisme aerobic (oxygenic) dan anaerobic.Pencak Silat merupakan olah raga yang memiliki kombinasi metabolisme aerobic dan anaerobic. Tidak seperti dalam olah raga marathon yang 98% membutuhkan metabolisme aerobic.
4. Stamina terhadap kecepatan.Dalam peragaan serang bela dibutuhkan stamina kecepatan yang tinggi dan percepatan / impulse yang terkendali.
5. Stamina terhadap daya tahan pukulan.Hal yang specific untuk jenis olah raga bela diri, yang mana kita perlu juga melatih ketahanan terhadap pukulan dan bantingan.
Disamping itu, Pencak Silat juga memiliki kelebihan dalam membina jiwa / mental kita, yang membedakannya dari jenis olah raga lainnya;
1. Menambah kepercayaan diri.
2. Disamping fisik juga melatih mental dan pikiran kita.
3. Menimbulkan kewaspadaan yang tinggi.
4. Memupuk kegesitan dan kelincahan mental.
5. Lebih menumbuhkan jiwa ksatria.
6.Mempertebal kedisiplinan dan keuletan yang lebih tinggi karena sifat latihannya yang sulit dan lama.
7.Melatih kita untuk lebih banyak berpikir disamping hanya sekedar menggunakan otot belaka.
Dari segi pengetahuan, kita juga akan lebih mengenal dan mengetahui bagian-bagian tubuh kita baik fungsi serta kelebihan dan kelemahannya. Dalam tingkat yang lebih tinggi, kita bisa merasakan adanya aliran energy melalui saluran energy (meridian) kita. Hal yang terakhir ini sangatlah membantu kita untuk mempelajari tenaga dalam dan meditasi.
Disamping itu, dari segi pengetahuan kita juga lebih memahami hukum-hukum fisika mekanika yang dapat dirasakan secara langsung dalam aplikasi jurus-jurusnya. Dan bila kita berpikir mengenai teknik, maka juga tidak lepas dari konsep strategi, yang mana merupakan suatu konsep yang tidak terlepas dari mempelajari kejiwaan manusia beserta tingkah lakunya. Mempelajari lebih jauh lagi, kita akan mulai tertarik pada kefilsafatan.
Pendek kata dapat disimpulkan bahwa berlatih Pencak Silat akan memberikan jalan untuk lebih maju setahap lagi dalam menjaga kesehatan kita. Mungkin tak terbayang memang jika sebenarnya pengembangan olah raga prestasi pada sebuah Sekolah dapat melahirkan kebijakan menjaring atlet pada tahun ajaran baru untuk memperkuat barisan atlet di sekolah.
Di balik itu semua, ada kecenderungan untuk meraih publikasi yang luas melalui prestasi olah raga dan ini bisa menjadi ukuran keberhasilan sebuah sekolah. Berburu atau meminang calon atlet setiap tahun ajaran baru dilakukan untuk membela tanah air bernama sekolah diperlukan untuk event olah raga Porseni. Kontinuitas pembinaan olah raga prestasi di Sekolah muaranya akan melahirkan atlet pembela nama daerah, nama bangsa dan negara. Semangat sekolah semacam ini -tidak hanya dalam bidang olah raga — membuat posisi kesenian ? dan pelestarian kebudayaan bangsa sekolah menjadi sebuah pertanyaan bagi kita.
Apa itu Pencak Silat ?
Beberapa waktu lalu, seperti yang pernah di muat oleh satu wartawan Surat kabar Kompas bahwa PENCAK silat merupakan seni bela diri produk Melayu yang keberadaannya patut untuk di lestarikan. Ketua Persilat (Persekutuan Silat Antar Bangsa), Eddie M Nalapraya mengakui hal itu. Ditegaskan salah satu program utama dari IPSI (Ikatan Pencak silat Seluruh Indonesia) adalah terus menerus memasyarakatkan Pencak Silat agar tak lagi dianggap sebagai seni bela diri yang ketinggalan jaman.
Pencak Silat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka berarti, permain-an (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, mengelak, dan sebagainya. Silat diartikan sebagai olahraga (permainan) yang didasari ketangkasan menyerang dan membela diri, baik dengan atau tanpa senjata. Bersilat adalah bermain (atau berkelahi) dengan menggunakan ketangkasan menyerang dan mempertahankan diri. Sedangkan Pencak Silat bermakna, kepandaian bertarung dalam pertandingan (atau perkelahian) seni bela diri khas Indonesia.
Menurut President IPSI (Ikatan Pencak Silat Indoneisa) mendefinnisikan Pencak Silat sebagai ketrampilan dan ilmu tentang pola gerak bertenaga yang efektif, indah dan menyehatkan tubuh, yang di jiwai budi pekerti luhur berdasar ketaqwaan kepada Tuhan YME, serta berujuan untuk membentuk ketahanan diri dan memupuk rasa tanggung jawab sosial. Dengan demikian pencak silat bukan ilmu atau keterampilan untuk berkelahi, melainkan suatu beladiri ?self defence? atau ?martial art?, merupakan suatu perpaduan yang luwes antar scien dan skill dalam bahasa Indonesia disebut kan bahwa pencak silat adalah Indonesia self defence art atau Indonesia martial art.
Dalam arti sesungguhnya, disepakati ada empat aspek yang terkandung dalam Pencak Silat. Yaitu sarana pembinaan mental spiritual, bela diri, olahraga, dan seni yang tidak dapat di pisahkan. Seperti tercermin dalam lambang trisula, di mana ketiga ujungnya mencerminkan unsur seni, bela diri dan olahraga, sementara gagangnya diyakini melambangkan pembinaan mental spiritual.
Sebagai seni, Pencak Silat merupakan wujud perilaku budaya suatu kelompok, yang di dalamnya terkandung unsur adat, tradisi, hingga filsafat. Hal itu menjadi penyebab perbedaan gerakan silat antara suatu daerah dengan daerah lainnya di Tanah Air ini. Demikian pula dengan jenis musik yang mengiringi gerakan-gerakan silat yang seperti tarian lemah gemulai tersebut.
Sebagai olahraga, dalam perkembangannya Pencak Silat melangkah menjadi suatu jenis ‘gerak-badan’, senam atau jurus yang dapat dipertandingkan. Perkembangannya kian pesat, setelah disepakatinya suatu aturan pertandingan olahraga pencak silat, seperti kelas peserta, luas arena, dewan pendekar, dewan hakim, ketua pertandingan, dewan wasit dan juri, lamanya pertandingan setiap babaknya, seragam pertandingan dan sebagainya.
Sebagai bela diri, pencak silat memang tumbuh berawal dari naluri manusia untuk melakukan pembelaan terhadap serangan fisik yang menghampirinya. Seseorang yang menguasai Pencak Silat (pendekar) diharapkan mampu melindungi diri dari setiap serangan, atau bahkan bisa mendahului menyerang untuk menghindari ‘kerusakan’ yang lebih besar.
Seorang pendekar mampu mengembangkan daya tempurnya, sehingga dalam tempo singkat berhasil memenangkan pertarungan. Berarti, dia harus memiliki kemampuan mengatur siasat/strategi bertempur (bahasa Jawa, gelar), baik saat satu lawan satu, atau dikeroyok beberapa orang lawan.
Sebagai pembinaan mental spiritual atau olah batin, lebih banyak ditujukan untuk membentuk sikap dan watak kepribadian. Faktor ajaran agama yang menyertai latihan pencak silat, biasanya berperan besar untuk mengembangkan fungsi ini.
Sulit ditunjukkan secara eksplisit produk dari pembinaan mental spiritual tersebut, namun banyak aktivitas lain yang dihasilkan seperti, penyembuhan spiritual, serta demonstrasi tenaga dalam, yang merupakan wujud dari keberhasilan latihan olah batin. Disamping itu Sebagai seni budaya Bangsa yang berlandaskan Pancasila, Pencak Silat harus berlandaskan kepercayaan terhadap ?ke-Esaan Sang Pencipta.
Secara kasat mata memang masih ada perbedaan, yakni di pencak silat didominasi gerakan mirip tarian, sementara pada bela diri yang lain dominan dengan gerakan keras sejak awal hingga selesai. Hal itu masih ditambah teriakan keras (di karate disebut kiai), yang di pencak silat tak begitu akrab dilakukan.
Secara ringkas ada tiga prinsip teknis olahraga Pencak Silat, yakni teknik sambut serangan, penerapan teknik tinggi untuk meraih nilai penuh, serta selalu menggunakan kaidah-kaidah silat. Teknik dan taktik sambut serangan, yakni tindakan saat menerima serangan lawan, dengan menangkis, menghindar, mengelak dan kemudian membalas menyerang.
Dalam setiap gerakan Pencak Silat (sebagai olahraga), unsur-unsur seni dan bela diri tentu harus tercermin. Sedangkan aspek pembinaan mental spiritual sudah terimplementasi di dalamnya. Misalnya, walau tak ada peraturan tertulis, namun seorang pesilat dilarang menyerang lawan yang sedang mengembangkan kaidah-kaidah perguruannya.
Pengembangan Intrakurikuler melalui Muatan Lokal
Sebenarnya, ada banyak hal yang menjerat sekolah bisa dikritisi sebagai lembaga yang kurang kritis dalam pengembangan kompetensi siswa. Terutama, ketika sekolah lebih cenderung melihat satu aspek lebih dominan daripada aspek lain termasuk di dalamnya pengembangan kesenian.
Apalagi dengan beraninya beberapa guru menyimpulkan bahwa kesenian telah dipinggirkan -sebuah bentuk marginalisasi yang kontraproduktif pengembangan nilai lokal. Tapi, betapa bangganya sekolah-sekolah telah menganggap dirinya bertanggung jawab terhadap pengembangan nilai lokal, padahal sikapnya kurang memiliki komitmen dalam pengembangan nilai lokal dalam wujud karya estetis.
Benar, sekolah-sekolah di Bali dalam pengembangan muatan lokal memberi wadah dalam lomba mengarang, melukis, ketrampilan lokal, dll. Mungkin hal nya serupa dengan di Bali setidaknya Pencak Silat dapat pula di kembangkan melalui kurikulum tersebut pada system pendidikan kita.
Jika memang hal itu terlalu resmi dan muluk ? muluk bias saja sebelumnya ada semacam masa penyeleksian terlebih dahulu sebelum pencak silat itu menapat posisi yang strategis di sekolah seperti melalui beberapa tahap yakni;
Tahap Pra-formal; Dilakukan semacam uji coba kedalam pencak silat yang belum memenuhi standar teknis yaitu belum dapat memiliki sumber-sumber pendidikan (misalnya guru, prasarana, sarana pendidikan, dsb.) yang memadai untuk menyelenggarakan pelayanan pendidikan secara minimal.
Untuk dapat mulai dikembangkan kemampuannya, melaui satuan-satuan pendidkan ini perlu dilengkapi fasilitas minimal ada pengenalan terlebih dahulu di lingkungan sekolah, yang mungkin saja melalui kalangan dewasa atau jajaran para guru dapat dinaikkan tahap berikutnya, yaitu Tahap Formalitas.
Tahap Formalitas; Setelah melewati taham sebelunya di harapkan mereka sudah memiliki sumber-sumber pendidikan yang telah melakukan pengujian agar bias memberikan gambaran pentingnya olahraga pencak silat ini meski masih secara minimal. Dengan begitu Satuan-satuan pendidikan ini sudah mencapai standar teknis secara minimal, seperti dalam jumlah dan kualifikasi guru yang telah mengenal Silat, kualifikasi penyediaan sarana latihan, dan kualifikasi system yang akan di terapkan secara terpadu pada lingkungan Sekolah.
Terhadap satuan-satuan pendidikan yang sudah mencapai standar minimal teknis ini, capacity building dilakukan melalui peningkatan kemampuan administratur (seperti kepala Sekolah) dan pelaksana pendidikan (seperti guru-guru, instruktur, tutor, dsb.) agar dapat melaksanakan pengelolaan pendidikan Pencak Silat di sekolah secara efisien serta dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Jika pengembangan kemampuan ini sudah berhasil dilakukan, maka satuan-satuan pendidikan ini dapat ditingkatkan tahap perkembangannya berikutnya, yaitu Tahap Transisional- dan Pengembangan.
Menciptakan Generasi Muda Yang Berprestasi
Daya pikir, kreativitas dan inovasi manusia akan terbatas manakala fisik manusia berada pada kondisi sakit. Manusia tidak akan banyak berbuat apa-apa dan tidak akan mampu membangun apa pun tanpa didukung kesehatan fisik yang prima. Saat ini pemerintah daerah masih melihat olah raga hanya bagian dari aktivitas masyarakat sehari-hari yang kurang mendapat sentuhan, sedangkan rumah sakit dibangun di sana-sini untuk mengobati yang sakit.
Padahal, mencegah lebih baik daripada mengobati. Pembinaan olah raga prestasi juga terkadang hanya sibuk manakala menghadapi event Porda, PON saja, pembinaan yang serius tidak ditampakkan oleh pemerintah daerah. Belum lagi, penghargaan terhadap atlet berprestasi dan sudah mengharumkan Kabupatenpun masih terbatas dan sesaat.
Untuk mendorong terciptanya masyarakat maju dan mandiri, agar mampu menjadi subjek pembangunan dalam kerangka otonomi daerah dan isu globalisasi, perlu terus dilakukan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu bentuk usaha peningkatan kualitas manusia tersebut bisa dilakukan melalui pemberdayaan generasi muda dan olah raga.
Usaha pemberdayaan generasi muda, meliputi pembinaan dan peningkatan partisipasi pemuda yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemuda sebagai insan pelopor penggerak pembangunan dan sumber daya manusia yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang untuk berperan serta dalam pembangunan.
Usaha dalam bidang pelestarian olah raga seperti Pencak Silat prestasi, meliputi pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat, pembinaan dan pemasyarakatan olah raga tersebut dan peningkatan sarana dan prasarana olah raganya.
Tujuan pengembangan kebijakan dan manajemen olah raga pencak silat prestasi, adalah untuk mengembangkan dan menyelaraskan berbagai kebijakan pembangunan olah raga, serta memperkuat kelembagaan olah raga pencak silat dan Tujuan pembinaan dan pemasyarakatan olah raga pencak silat prestasi adalah untuk meningkatkan budaya olah raga, kesehatan jasmani, mental dan rohani masyarakat dan anak didik mulai dari pendidikan dasar, menengah hingga tinggi.
Selain itu, untuk mendorong dan menggerakan masyarakat agar lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olah raga Pencak Silat sebagai kebutuhan hidup, meningkatkan kegiatan olah raga termasuk olah raga masyarakat dan olah raga tradisional, meningkatkan upaya pemanduan bakat dan pembibitan olah raga Pencak Silat sejak dini usia, serta mendukung upaya pencapaian prestasi olah raga.
Sedangkan tujuan peningkatan sarana dan prasarana olah raga Pencak Silat adalah untuk menyediakan, mengadakan, dan membangun sarana dan prasarana olah raga pencak silat untuk mendukung kegiatan pembinaan dan pengembangan olah raga, serta pencapaian prestasi olah raga Pencak Silat.
Penutup
Untuk bisa menjawab sebuah cita-cita yang patut di perjuangkan ini, harus di lakukan berbagai perubahan dan perbaikan di semua pihak dengan tulus dan terbuka agar niat baik yang terkandung di balik upaya pengembangan dan pelestarian pencak silat dapat terwujud;
1. Persepsi Kepala Sekolah
Melalui kerja sama dengan orang tua, guru dan masyarakat sekitar sekolah, kepala sekolah mengatur keuangan untuk program pengembangan kuriklum ekstra/intra-kulikuler di sekolah. Dia membuat sistem manajemen sekolah setransparan mungkin agar dapat memperoleh kepercayaan dari orang tua. Kemudian kepala sekolah giat meningkatkan hubungan antara orang tua, guru dan siswa. Di dalam program pengembangan, kepala sekolah melaksanakan program ekstrakurikuler sebanyak mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat.
Sebagai dari inisiatif ini, peranserta guru dan siswa dalam manajemen sekolah meningkat. Kepala sekolah memperkenalkan gaya baru manajemen sosial untuk mengenalkan pencak silat kepada guru dan orang tua. Ia membentuk panitia yang melibatkan semua pemegang peranan dalam proses pengembangan olah raga dan pencak silat sekolah.
Semua panitia memiliki hubungan sejawat yang ikhlas. Koordinasi dikelola oleh salah satu wakil kepala sekolah. Dalam beberapa kasus yang melibatkan siswa mereka berperanserta dalam panitia tersebut dan bekerjasama dengan guru. Pembetukan perwakilan guru dilakukan untuk meningkatkan peranserta kelas.
Disamping unsur diatas Kepala Kekolah juga dapat menjalin hubungan yang baik antara Sekolah dan perguran. Ada hal penting yang telah dapat di pelajari dari pelatihan Pencak Silat tersebut adalah: agar tidak terjadi simpang siuran wewenang antara pihak perguruan dan sekolah terkait pelaksanaan kegiatan tersebut, dalam hal ini perguruan di harapkan mengikuti jadwal dan peraturan atau kebijakan sesuai yang di tentukan oleh sekolah yang tujuannya agar pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar.
2. Perubahan Yang Dibuat
a. Fasilitas/ Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah
Berbagai fasilitas sangatlah perlu untuk di adakan guna mendukung terlaksananya kegiatan, tidak hanya Pencak Silat saja tetapi juga Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler lainnya termasuk kegiatan kepemudaan serta untuk memperkenalkan berbagai ketrampilan kegiatan yang dapat membuka peluang dalam dunia kerja minimal ditingkatkan untuk dapat memenuhi berbagai permintaan siswa, baik untuk akademik maupun jalur kejuruan.
Salah satu contoh pada ekstrakulikuler Pencak Silat penyediaan sarana olah raga sangatlah mendukung untuk dapat mencapai target yang di inginkan serta meminimalisasi kecelakaan yang mungkin timbul, seperti adanya matras dan body protector yang di berlukan pada saat berlatih. Sebagai hasilnya, mereka lebih antusias terhadap pekerjaan dan bekerjasama dengan guru dan orang tua siswa lebih efektif.
b. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah dapat dinilai dengan melihat berbagai perubahan positif di Sekolah, Kepala Sekolah di harap merupakan yang paling berhasil dalam bidang manajemen perubahan. Ia mendorong guru untuk lebih kreatif dan memberikan tanggung jawab kepada staf untuk mengontrol bersama kegiatan ekstrakulikuler, dan merubah persepsi yang negative terhadap kegiatan ini termasuk menjaga hubungan baik dengan perguruan. Dia mengajak semua pemegang peranan untuk berperanserta dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan persoalan-persoalan sekolah.
c. Guru
Sikap guru di harap meningkat secara jelas dan kehadiran mereka juga meningkat. Mereka lebih mendukung siswa dan antusias sekali dalam mengajar. Melalui dorongan Kepala Sekolah, para guru lebih siap mendukung pelaksanakan berbagai metode pengajaran yang kreatif. Ketika hendak melakukan pendekatan baru di dalam kelas, para guru bertanggung jawab untuk membuat usaha yang memadai agar dapat melakukan evaluasi terhadap keefektifan kegiatan Pencak Silat yang mereka ikuti, agar para siswa dapat terhindar dari kegiatan yang negative di luar sekolah dengan mengarahkan mereka dengan pengetahuan dan ketrampilan beladiri yang dimiliki kearah fungsi olah raga prestasi Sekolah.
d. Siswa
Sikap siswa kelihatannya telah meningkat secara positif. Kini siswa berada di sekolah lebih lama, walaupun sarana angkutan yang tersedia sangat terbatas dan keadaan cuaca telah membatasi waktu mereka. Mereka memiliki kesempatan untuk meningkatkan ketrampilan mereka dalam olahraga dan kebudayaan bangsa sendiri. Peranserta siswa di dalam kegiatan beragamapun di harapkan meningkat pula, dan banyak siswa perempuan yang ikut belajar untuk mengantisipasi pelaku kejahatan pada diri mereka. Kini para siswa diberi lebih banyak kesempatan untuk mengenal, mempelajari dan merubah persepsi tentang olah raga pencak silat yang ternyata layak juga untuk di kembangkan.
e. Hubungan dengan Masyarakat
Melalui kegiatan ini yang di lakukan dengan system yang jitu, di harapkan dapat menekan angka tawuran di lingkunag Sekolah atau kegiatan negative lainnya yang kerap merubah reputasi siswa dan selanjutnya dapat menjaga ?good will? sekolah di mata masyarakat.
Hal lain, kegiatan ini juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah dapat terlihat ketika seorang siswa ketinggalan uang sakunya untuk menaiki kendaraan umum maka supir membiarkan siswa tersebut untuk membayarnya di lain waktu karena nama baik dan nilai-nilai negative yang lazim ada pada siswa telah sedikit-sedikit terkikis. Masyarakat juga menjamin keamanan sekolah dengan memantau siswa atau tamu-tamu yang tak dikenal.
f. Orang Tua
Peran serta orang tuapun sangat di yakini meningkat. Mereka menunjukkan kepeduliannya terhadap progam yang telah diusulkan oleh Sekolah. Hal ini terjadi karena prestasi sekolah ini yang meningkat. Orang tua dan para guru bertatap muka untuk membahas kembali program siswa paling sedikit sekali pada setiap cawu untuk mengevaluasi kepositifan kegiatan ini serta sejauh mana dapat mempengaruhi prestasi siswa didik tentunya. Sebagian besar orang tua hanya mendapatkan pendidikan yang terbatas dan mereka menganggap bahwa pendidikan adalah persiapan untuk membina anak-anak yang di harapkan bagi bangsa.
Kegiatan intrakurikuler dan ekstrakulikuler saja mungkin tidak akan cukup untuk membantu siswa dapat mengembangkan bakat, pengetahuan, dan keahlian yang dimilikinya. Justru peranan manajemen Sekolah dalam mengembangkan sistem belajar mengajar akan sangat menentukan. Selain itu, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar juga menjadi faktor penting dalam hal ini.
Disamping itu kebijakan peningkatan keberdayaan generasi muda dan olah raga Pencak Silat dapat juga di laksanakan dengan tujuan;
1). Pemberdayaan potensi generasi muda dalam kewirausahaan, kepemimpinan, dan kepeloporan.
2). Pengembangan media aktivitas dan kreativitas generasi muda.
3). Peningkatan ruang partisipasi generasi muda dalam pembangunan.
4). Pemantapan ketahanan moral dan mental generasi muda.
5). Pemasyarakatan olah raga pencak silat .
6). Peningkatan prestasi olah raga pencak silat.
7). Peningkatan sarana dan prasarana olah raga pencak silat di masyarakat.
8). Pembinaan dan peningkatan manajemen olah raga pencak silat di sekolah.
9). Pengembangan wawasan olah raga pencak silat secara terpadu.
Beragamnya kegiatan ekskul yang diadakan di sekolah bagi orang tua, dimaksudkan agar para siswa terhindar dari tawuran, di samping untuk meningkatkan prestasi siswa. Ada sebuah nilai yang sangat berharga dari cerita diatas bahwa keahlian, pengetahuan, bakat, dan pengalaman hanya dapat bermanfaat jika seseorang berada ditempat yang tepat.
Kebijakan sekolah sangat mempengaruhi semua pihak di sekolah, baik siswa maupun guru mungkin saja masyarakat. Ketika sekolah membuat sebuah kebijakan atau peraturan sebaiknya juga melibatkan pihak yang didasar oleh peraturan dan kebijakan tersebut. Mungkin tidak terlibat langsung, tetapi setidaknya manajemen sekolah harus mendengar aspirasi guru maupun siswa.
Kasus yang banyak terjadi sekolah-sekolah, seringkali kebijakan dan peraturan sekolah hanya tergantung dari keputusan dari Kepala sekolah dan para Wakasek saja. Hal ini bisa saja dibenarkan karena secara struktural memang Kepala sekolah adalah decision maker. Tetapi yang perlu diingat adalah sekolah bukan hanya milik kepala sekolah dan para wakilnya saja.
Sekarang yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah sekolahh kita sudah mampu menyediakan tempat yang tepat bagi para siswanya untuk dapat mengembangkan keahlian dan bakat, menimba pengalaman dan pengetahuan, tidak hanya sebatas dari segi akademis saja? ***(16/08/06).
By Masezra danu lelana
Anggota Milist Silat Bogor
Dan Forum Pecinta dan Pelestari Silat Tradisional Indonesia
http://lembahlawe.blogspot.com
www.silatindonesia.com
Friday, September 22, 2006 18:51:51
www.silatindonesia.com

Berdirinya I.P.S.I

0 komentar


Saya coba untuk menyampaikan sejarah singkat IPSI, yang awal keberadaannya tidak lepas dari perjuangan bangsa kita.
  1. Beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan, akibat agresi belanda, resminya sejak 4 Januari 1946 sampai 27 Desember 1949, Pemerintah RI mengungsi ke Yogyakarta dan Bukittinggi. Sementara Jakarta dan Bandung/Jabar diduduki Belanda. (diduga menjadi faktor kesulitan, mengapa tidak banyak tokoh silat Jabar yg ikut deklarasi pendirian IPSI dan Kongres I IPSI). Pasukan Siliwangi menjadi kekuatan utama Pemerintah RI di Yogyakarta.
  2.  Para tokoh pencak silat (pencak, istilah umum dipakai di Jateng-Jatim, silat/silek, istilah yg biasa dipakai di Sumbar, digabung menjadi kata majemuk 'pencak silat'), memprakarsai terbentuknya Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia (PPPPSI).
Pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, para tokoh pencak silat melalui PPPPSI, mendeklarasikan berdirinya IPSI, dan menunjuk Mr. Wongsonegoro sebagai Ketua Umum. Konggres I IPSI yang tidak lama diselenggarakan setelah deklarasi, mengukuhkan Mr.Wongsonegoro sebagai Ketua Umum PB IPSI, yang bekedudukan di ibukota RI saat itu, Yogyakarta.
  1.  Menyesuaikan kembalinya pusat Pemerintahan RI ke Jakarta pada 1950, PB IPSI ikut pindah dari Yogyakarta ke Jakarta (sebagian personil).
  2.  Selain mempersatukan kekuatan pejuang persilatan, IPSI juga memandang perjuangan melalui olahraga dan pendidikan pencak silat, mempunyai peran besar dalam mempersatukan dan meningkatkan harkat dan harga diri bangsa.
  3. Dipicu pemberontakan DI/TII SM Kartosoewiryo, maka Panglima Territorium III, Kolonel RA Kosasih (terakhir Let Jend TNI), dibantu kolonel Hidayat dan kolonel Harun membentuk PPSI (Persatuan Pencak Silat Indonesia).
Membangun kekuatan teritorial masyarakat melalui pembinaan dengan titik berat pada seni pertunjukan tradisional Ibing Penca dan beladiri pencak silat, guna melawan DI/TII yang beroperasi di Jawa Tengah bagian barat, Jawa Barat, Jakarta, sampai Lampung.
Belakangan, terjadi dualisme pembinaan pencak silat di Jabar dan Jakarta. Masing masing, IPSI, PPSI dan BAPENSI, bersaing masuk acara PON.
  1. Dari catatan sejarah perjuangan olahraga/induk olahraga:
a.       1950, ada KOI (pimpinan Sultan HB IX) dan PORI (pimpinan Widodo Sosrodiningrat).
b.       1951, PORI melebur ke KOI.
c.        1960, menjadi KOGOR (Komando/komite Gerakan Olah Raga).
d.       1962, dibentuk Departemen Olah Raga/DEPORA, dengan Menteri Maladi.
e.       1964, menjelang Asian Games IV, menjadi DORI (Dewan Olah Raga Indonesia) dipimpin ex officio oleh Presiden Soekarno dan Menteri Olah Raga, Maladi.
f.         25 Desember 1965, IPSI ikut mendirikan Sekretariat Bersama Top Organisasi Cabang  Olah Raga. Yang kemudian mengusulkan mengganti DORI menjadi KONI.
g.       31 Desember 1966, IPSI ikut menjadi pendiri KONI, organisasi independen non politik, dengan Ketum Sri Sultan HB IX.
  1. Pada era 1960 an, PB IPSI membentuk laboratorium pencak silat, untuk menyusun aturan baku yang memenuhi kriteria pertandingan olahraga. Para laboran adalah bp. Arnowo Adjie dari Kelatnas Perisai Diri, Januarno dan Imam Suyitno dari PSHT, bp. Hadimulyo, Dr. Rachmadi dan Dr. Djoko Waspodo dari KPS Nusantara. Hasil laboratorium ini mulai di ujicoba pada th 1969. Dipertandingkan pertamakali pada PON VIII th 1973 di Jakarta.
  2. Menjelang Konggres IV IPSI 1973,  dicari calon Ketua Umum PB IPSI untuk menggantikan Mr. Wongsonegoro yang sudah sepuh.
Didapatlah seorang kandidat, yaitu Gubernur DKI Jakarta, Brigjen TNI Tjokropranolo (terakhir berpangkat Let Jend). Diselenggarakan seminar2/diskusi dengan berbagai pihak di Tugu, Bogor, untuk langkah2 pembinaan kedepan. Antara lain dirumuskan aspek2 dalam pencak silat, yaitu Seni, Beladiri, Olahraga dan Kebatinan/Spiritual, sebagai jalur pembinaan lengkap.
Bp Tjokropranolo/bang Nolly, yang memiliki garis keturunan dari pendekar pencak Jawa, Gagak Handoko, dibantu sepenuhnya oleh tokoh2 perguruan:
a.       Tapak Suci : bp Haryadi Mawardi, bp Tanamas.
b.       KPS Nusantara : bp Hadimulyo, Sumarnohadi, Dr.Rachmadi, Dr. Djoko Waspodo.
c.        Kelatnas Perisai Diri : bp Arnowo Adjie HK.
d.       Pashadja Mataram: bp KRT Soetardjonegoro.
e.       PerPI Harimurti: bp. Sukowinadi.
f.         Perisai Putih: bp Maramis, bp Runtu, Sutedjo dan Himantoro.
g.        Putra Betawi: bp. H.Saali.
h.       Persaudaraan Setia Hati/PSH: Mariyun Sudirohadiprodjo, Mashadi, Harsoyo, HM Zain.
i.         Persaudaraan Setia Hati Terate/PSHT: bp Januarno, Imam Suyitno, Laksma Pamuji.
Menyusun rancangan, langkah strategis untuk mengembangkan pencak silat kedepan.
  1.  Kebetulan bang Nolly dan para pendiri  PPSI adalah satu korps, Corps Polisi Militer/CPM. Pembicaraan untuk mempersatukan menjadi lebih lancar. Dimulai dengan Sekretariat Bersama IPSI-PPSI di Stadion Utama Senayan, dilanjutkan dengan pernyataan yang disampaikan Ketua Harian PPSI, bp. H.SUHARI SAPARI di Konggres IV IPSI 1973,  bahwa PPSI bergabung di IPSI, seluruh anggota PPSI otomatis menjadi anggota IPSI. Konggres juga menetapkan Tjokropranolo sebagai Ketua Umum PB IPSI menggantikan Mr Wongsonegoro.
  2.  Oleh Tjokropranolo/ PB IPSI, maka  PPSI dan 9 perguruan tersebut, atas peran jasanya dalam "era baru" IPSI, ditetapkan sebagai perguruan tingkat pusat, dengan hak istimewa, dibebaskan dari syarat umum untuk menjadi anggota tingkat pusat. Dimasa bp Eddie M Nalapraya, kemudian disebut sebagai perguruan historis IPSI.
  3.  Atas saran presiden, untuk mengenalkan pendidikan pencaksilat di sekolah2, agar dimulai dengan olahraga rekreasi/kesehatan massal, dengan menyusun SPI (senam pagi Indonesia), dengan memasukkan unsur2 gerakan pencak silat.
Adapun kurikulum pelajaran pencak silat di sekolah, dengan penyusun bp Mariyun cs, kurang diterima perguruan2 didaerah. Dilain pihak perguruan2 juga belum berhasil menyusun silabus kurikulum sendiri. Sehingga program kurikulum pencak silat di sekolah menjadi kandas. Kedepan hanya bisa dilaksanakan dengan berbasis perguruan.
  1. Bang Nolly mulai merintis diplomasi untuk mendirikan PERSILAT. Mendorong terbentuknya Pengda dan Pengcab IPSI diseluruh Indonesia.
  2. Berganti kemasa bp Eddie M Nalapraya. Aspek2 lengkap mulai dikembangkan. Ada workshop2 untuk pengembangan pencak silat seni dll. Didukung pendanaan yang powerfull dari Bambang Tri, Prabowo Subianto, Rossano Barack dan terakhir Rachmat Gobel.
  3. Pada Konggres/MUNAS XII IPSI 2007, ditetapkan lima perguruan yang memenuhi syarat menjadi anggota tingkat pusat kategori biasa, yaitu, Persinas ASAD, Kalimasada, PSTD Indonesia, Satria Muda Indonesi dan Betako Merpati Putih. 
Demikian. Dalam tiap tahap tentu ada kisah panjang lebar. Titik berat konsep pembinaan ala 1973 tentu harus ada penyesuaian dengan tuntutan jaman. Khususnya bagaimana membina pencak silat tradisional yang mengakar pada budaya nusantara. Perlu pembaruan pemikiran dan strategi.

Perkembangan Pencak Silat Luar Negeri

0 komentar


Ajang Kejuaraan
Dunia Pencak Silat ini dapat dijadikan sebagai alat pantau perkembangan
pencak silat di luar negeri. Hal ini bisa dilihat dari jumlah peserta yang
datang dan prestasi yang diperoleh. Jumlah peserta yang banyak mempunyai
indikasi bahwa pencak silat secara kuantitas telah menyebar ke berbagai
negara, sedangkan masih minimnya prestasi yang dicapai menunjukkan bahwa
pembinaan pencak silat di negara tersebut belum maksimal.

Selain perkembangan pencak silat di luar negeri melalui pengiriman
pelatih dari Indonesia, para mahasiswa Indonesia yang kebetulan sedang
belajar di berbagai negara seperti Eropa dan Amerika ikut menambah
percepatan perkembangan pencak silat dengan cara membuka perguruan dari
mana pelatih itu berasal. Ketertarikan orang asing dalam mempelajari
pencak silat umumnya karena selain pencak silat dapat dipergunakan sebagai
alat untuk membela diri, juga mereka tertarik dengan nilai estetika dalam
aspek seni serta terkandungnya pendidikan budi pekerti dalam aspek mental
spiritual. Saat ini kepelatihan di luar negeri ada yang masih dipegang
oleh pelatih dari Indonesia, ada pula yang sudah mandiri dengan
menggunakan pelatih dari negaranya sendiri. Berikut ini beberapa profil
pelatih yang berperan dalam perkembangan pencak silat di luar negeri:

Inggris: Aidinal Alrashid (PS. Gerak Ilham, Bugis
-Makassar), M. Otto S. Soeharjono (Perisai Diri, Jawa Timur). Belanda:
FransVeetman (HPS Panglipur), Asisten: Ruben Wieringa (PPS Padjadjaran
Nasional), Leo Lindeman (PS Bongkot Harimau). Spanyol: Juan Ignacio
Barrenechea (Harimau Minangkabau), Gorka Atoiza Oruetxebarria. Belgia:
Pieters Ludo, Pierers Jean, Pieters Patrick (PS Pukulan Bongkot). Austria:
Eduard Linhart (Bongkot Harimau, PERPI Harimurti, Silat Gayong Fathani
Malaysia). Perancis: Eric Chatelier (Setia Hati, Bongkot Harimau,
Merpati Putih). Jerman: Joko Suseno (Tapak Suci). Swiss:
Pascal Stiefenhoffer & Chantal Mattes (Perisai Diri). Itali:
Emiliano Ruggeri (PGB Bangau Putih).
Pada Kejuaraan Dunia Pencak Silat ini, peserta yang datang hanya dari
20 negara saja, namun anggota Persilat yang ada lebih dari itu. Barangkali
banyak yang belum siap
untuk mengikuti event
kejuaraan. Berikut ini adalah daftar anggota PERSILAT sejak tahun 1980 –
2000:

Asia: Indonesia (IPSI), Singapura (PERSISI),
Malaysia (PESAKA), Brunei Darussalam (PERSIB), Thailand (PSAT), Philipina
(PHILSILAT), Vietnam (ISAVIE), Myanmar (MPSA), Laos (PSL), dan Jepang
(JAPSA). Eropa: Belanda (NPSB), Belgia (BPSB), Spanyol
(ESPS), Jerman (PSUD), Austria (PSVO), Swiss (PSHT), Perancis (FPSF),
Inggris (PSFUK), Norwegia (PSN), Italia (PISI), Denmark (PSD), dan Yunani
(PSG). Australia dan Oceania: Australia (WAPSA), New
Caledonia (MPNC), Selandia Baru (PSNZ). Middle East dan Afrika:
Palestina (PSP), Turkey (PST), Marocco (PSM) dan Arab Saudi (PSAS). Amerika:
Amerika Serikat (PS USA), Suriname (SPSA), dan Kanada (PSC).

Sejarah Pencak silat

1 komentar


Pencak silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya. Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur. Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
a. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
b. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
c. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
d. Perkembangan pada zaman kemerdekaan
a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.
b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belanda tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.
c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.
d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama Pencak Silat yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.
Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.
Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.
Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi
a. Olahraga rekreasi
b. Olahraga prestasi
c. Olahraga massal
Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :
1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).
Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.
Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
1. Jalur pembinaan seni
2. Jalur pembinaan olahraga
3. Jalur pembinaan bela diri
4. Jalur pembinaan kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.
Peraturan Pertandingan Pencak Silat
Gelanggang dapat di lantai atau dipanggung dan dilapisi matras dengan tebal maksimum 5 cm, permukaan rata dan tidak memantul serta ditutup dengan alas yang tidak licin, berukuran 9 x 9 meter.
Gelanggang terdiri dari :
Bidang Gelanggang berbentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran 7 x 7 m.
Bidang Laga berbentuk lingkaran dalam bidang gelanggang
Batas Gelanggang dan bidang laga dibuat dengan garis selebar ke arah luar 5 cm dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang. Pada tengah-tengah bidang laga dibuat lingkaran dengan garis tengah 2 m selebar 5 cm sebagai batas pemisah sesaat akan dimulai pertandingan.
Lingkaran tersebut mempunyai tanda garis lurus pada garis tengah lingkaran selebar 5 cm. Yang sejajar dengan sisi bujur sangkar dan berwarna kontras dengan permukaan gelanggang.
Sudut pesilat adalah ruang pada sudut bujur sangkar yang berhadapan dan dibatasi oleh lingkaran bidang laga. Sudut yang berhadapan lainnya adalah sudut netral.
Perlengkapan gelanggang :
a. Ember, gelas, kain pel dan kesed dari ijuk,
b. Jam pertandingan/game match
c. Gong atau alat yang berfungsi sama
d. Lampu babak atau tanda lain untuk menentukan ronde/babak
e. Lampu pemenang berwarna merah dan biru atau alat/kode lain untuk menentukan pemenang
f. Perlengkapan lain-lain
g. Formulir pertandingan
Perlengkapan pertandingan :
a. Pakaian pertandingan, pakaian Pencak Silat berwarna hitam
b. Pelindung badan
c. Pelindung kemaluan
Pembagian kelas :
Menurut umurnya, peserta dibagi 3 golongan :
- Golongan remaja berumur di atas 14 s/d 17 tahun
- Golongan teruna berumur di atas 17 s/d 21 tahun
- Golongan dewasa berumur di atas 21 s/d 35 tahun
Menurut berat badan, pesilat dibagi dalam kelas-kelas :
Golongan Remaja :
Kelas A, 33 – 39 kg
Kelas B, di atas 36 – 39 kg
Kelas C, di atas 39 – 42 kg
Kelas D, di atas 42 – 45 kg
Kelas E, di atas 45 – 48 kg
Kelas F, di atas 48 – 51 kg
Kelas G, di atas 51 – 54 kg
Kelas H, di atas 54 – 57 kg
Kelas I, di atas 57 – 60 kg
Golongan Teruna :
Kelas A, 40 – 45 kg
Kelas B, di atas 45 – 50 kg
Kelas C, di atas 50 – 55 kg
Kelas D, di atas 55 – 60 kg
Kelas E, di atas 60 – 65 kg
Kelas F, di atas 65 – 70 kg
Kelas G, di atas 70 – 75 kg
Kelas H, di atas 75 – 80 kg
Dengan seterusnya selisih 5 kg
Kelas bebas, berat di atas 65 kg.
Waktu Pertandingan
Permainan dilangsungkan dalam 3 babak yang setiap babak terdiri dari 2 menit. Di antara babak yang satu dengan lainnya diberikan waktu istirahat 1 menit. Waktu ketika wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk waktu bertanding dan perhitungan terhadap pemain yang jatuh karena serangan yang sah tidak termasuk waktu bertanding.
Sasaran
Yang dapat dijadikan sasaran perkenaan adalah bagian tubuh kecuali leher ke atas dan kemaluan yaitu dada, perut, punggung dan pinggang kiri serta kanan. Bagian tungkai lengan dapat dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci tetapi tidak mempunyai nilai sebagai sasaran perkenaan. Setiap pertandingan dipimpin oleh 1 (satu) orang wasit dan dibantu oleh 5 (lima) orang juri penilai.
KONI Pusat
National Olympic Committee of Indonesia

 
  • PENCAK SILAT © 2012 | Designed by Agunawan, Contact Me in My Facebook , My Profile and My Videos